Tim Pengelola Pengkaderan

  • Muhammad Irfan Kamaruddin
  • Purnamasari Natsir
  • Rinda
  • Irvan Wahyu Jatmiko

Jumat, 22 Agustus 2008

Masa Penyambutan Mahasiswa Baru KEMA FK UNHAS


Masa Penyambutan Mahasiswa Baru KEMA FK UNHAS merupakan sebuah tahap awal dalam proses pengkaderan dan pada proses-proses kemahasiswaan yang terdapat di dalam tubuh KEMA FK UNHAS. Tak kenal maka tak sayang, istilah ini merupakan sebuah istilah yang cukup familiar bagi kita semua. Tak dapat dipungkiri lagi bahwa sebuah proses yang panjang berawal dari sebuah perkenalan. Keberhasilan ataupun kegagalan kita dalam menjalani sebuah proses, tidak lepas dari seberapa jauh kita mengenal proses tersebut ataupun seberapa luas pengetahuan kita tentang proses tersebut dan akhirnya akan berujung pada sebuah pertanyaan yang cukup menggelitik, seberapa sadarkah kita dalam menjalani proses tersebut.

Masa Penyambutan Mahasiswa Baru KEMA FK UNHAS, merupakan sebuah tahap awal dari seluruh rangkaian proses kemahasiswaa secara umum maupun proses pengkaderan secara khusus. Mengapa kita berlembaga hingga mengapa kita butuh sebuah kegiatan pengkaderan mungkin sudah tidak perlu lagi kita jabarkan secara terperinci disini. Sekarang ini, kita lebih dihadapkan pada sebuah rangkaian kompleks masalah yang dipengaruhi oleh banyak factor eksternal maupun internal, sehingga kita sadari secara jelas bahwa minat mahasiswa dalam berlembaga kian hari kian merosot. Proses pengkaderan yang tiap tahun disusun serta diformulasikan sedemikian rupa nampaknya masih memiliki banyak kekurangan di dalamnya, entah dari segi konsep maupun praktis di lapangan.

Setelah sedikit banyak mempelajari serta melihat perkembangan yang ada dari hasil-hasil proses pengkaderan 2 tahun terakhir, disadari tedapat sebuah fenomena dimana prosesi pengkaderan hanya menjadi sebuah bagian yang wajib dilalap habis oleh setiap mahasiswa baru, terutama pada tingkatan pengkaderan awal. Terlebih lagi dengan pemberian jatah 1 SKS bagi proses kelembagaan seorang mahasiswa FK UNHAS, nampaknya tidak berjalan sesuai dengan maksud diberlakukannnya peraturan tersebut. Sialnya, ini malah menjadi boomerang bagi kehidupan lembaga itu sendiri karena pada akhirnya, orang-orang berbondong-bondong mengikuti kegiatan pengkaderan, sebagian besar hanya untuk memperoleh nilai 1 SKS itu tanpa pemahaman yang mendalam mengenai proses yang mereka jalani. Padahal, bagi beberapa mahasiswa yang betul-betul merasakan manfaat dari kehidupan berlembaga, seluruh proses yang mereka jalani, jauh lebih berarti dibandingkan penghargaan senilai 1 SKS yang diberikan. Sehingga pada akhirnya, hanya sebagian kecil saja mahasiswa yang benar-benar memperoleh manfaat dari kehidupan kelembagaan.

Masa penyambutan mahasiswa baru merupakan sebuah momentum yang secara kasat mata mungkin cukup terlihat seremonial selama ini, namun peran dari masa penyambutan ini cukup penting dalam efektifitas pelaksanaan kegiatan kelembagaan pada umumnya maupun kegiatan pengkaderan secara khusus. Masa penyambutan secara essensial adalah sebuah tahap perkenalan awal dari mahasiswa baru terhadap seluruh entitas yang ada di kampus, bukan hanya dari segi kelembagaan mahasiswa tapi juga hal-hal yang terkait dengan kehidupan kampus. Pengenalan ini, juga bukan hanya bersifat pengenalan fisik tetapi juga pengenalan nilai-nilai yang ada.

Masa penyambutan ataupun tahap perkenalan atau yang lebih akrab kita dengar dengan istilah sosialisasi almamater pada beberapa tahun terakhir sebenarnya setelah dipelajari lebih jauh, dinilai sedikit melenceng dari esensi terhadap masa penyambutan, perkenalan ataupun sosialisasi itu sendiri. Masa penyambutan seharusnya bisa lebih menjamin berjalannya proses pengkaderan yang efektif dengan pemahaman secara holistik terhadap seluruh entitas yang ada. Masa penyambutan, perkenalan ataupun sosialisasi seharusnya murni bersifat sosialisasi ataupun perkenalan terhadap seluruh entitas yang ada kepada mahasiswa baru agar mereka betul-betul kenal serta paham terhadap apa yang ada dalam lingkungan baru mereka. Masa awal ini juga seharusnya tidak berisi sebuah rangkaian kegiatan doktrinisasi maupun internalisasi yang tersusun secara sistematis, hal seperti ini semestinya diberikan pada tahap pengkaderan selanjtnya yakni masa pembinaan.

Kualitas serta efektifitas dari kegiatan-kegiatan kelembagaan selanjutnya akan ditentukan pada tahap awal ini. Tahap awal ini merupakan sebuah pengantar bagi mahasiswa baru mengenai gambaran umum dunia kampus seperti apa. Setelah mereka mengenali serta memahami seluruh entitas yang ada, mereka dapat dengan kesadaran penuh mengikuti proses-proses yang ada selanjutnya tanpa pengetahuan yang kurang mengenai proses yang mereka jalani.

Masa penyambutan, perkenalan ataupun sosialisasi hendaknya diisi dengan pengenalan mahasiswa baru tentang fakultasnya, kehidupan akademik yang ada serta perangkat-perangkat pemerintahan di dalamanya termasuk juga infrastruktur serta beberapa nilai yang ada. Setelah itu masuk kepada pengenalan terhadap lembaga, terhadap KEMA FK UNHAS terutama mengenai AD/ART KEMA FK UNHAS, perangkat-perangkat yang ada di dalamnya serta nilai-nilai kemahasiswaan yang mendasar. Sebagai sebuah suplemen yang cukup penting, pengenalan mengenai pengkaderan, harus secara dini disosialisasikan kepada Mahasiswa Baru, mengingat bahwa proses pengkaderan merupakan tulang punggung dari lembaga untuk tetap mempertahankan eksistensinya, serta kegiatan ini yang akan banyak digeluti oleh mahasiswa baru pada awal mereka melangkah kedalam dunia kemahasiswaan.

Masa penyambutan, perkenalan ataupun sosialisasi ini diharapkan mampu menjadi pengantar yang cukup baik dalam memberikan pemahaman kepada mahasiswa baru mengenai lingkungan tempat mereka berada sekarang, bagaimana mereka menyikapinya serta apa yang mereka butuhkan kedepannya sebagai seorang mahasiswa.

PMB BukanKegiatan Pengkaderan KEMA FK UNHAS

Penyambutan Mahasiswa Baru atau biasa disingkat dengan PMB adalah sebuah seremonial penyambutan tingkatan fakultas kedokteran Universitas Hasanuddin. PMB merupakan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka menyambut kehadiran MABA dalam lingkup fakultas kedokteran UNHAS. Panitia pelaksana kegiatan ini, adalah para dokter, staf dan pegawai serta mahasiswa yang terlibat secara individu ke dalam kegiatan ini. Sebenarnya keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan ini sangat banyak menimbulkan kontroversi. Secara konstitusi pun, mahasiswa tidak boleh terlibat dalam kegiatan seperti ini, apalagi jika hanya bertindak seperti pesuruh dalam sebuah kegiatan. Kita ini mahasiswa sebuah entitas intelektual, yang memiliki kapabilits dalam melaksanakan sebuah kegiatan mulai dari segi konsep, hingga teknis. Keterlibatan mahasiswa yang senantiasa diperdebatkan ialah keterlibatan yang menimbulkan kesan bahwa mahasiswa bisa ditunggangi dan tidak memiliki integritas serta idealisme yang kuat sebagai seorang makhluk intelektual maupun makhluk sosial.
Karena itu, perlu dipertegas lagi bahwa, kegiatan PMB murni bukan merupakan kegiatan mahasiswa, apalagi kegiatan pengkaderan mahasiswa. Dari segi konten acara pun, materi yang mengarah kepada kehidupan kemahasiswaan pun tidak ada sama sekali (khususnya tahun ini,2008). adapun keterlibatan beberapa orang mahasiswa bukan merupakan mandat dari lembaga atau institusi KEMA FK UNHAS, melainkan dorongan pribadi dengan berbagai kepentigan serta pertimbangan masing-masing anggota. Keterlibatan itu pun dinilai perlu mendapat sanksi organisasi yang jelas serta sesuai dengan pemahaman mereka terhadap PMB ini.

Sabtu, 16 Agustus 2008

Pedoman Pengkaderan KEMA FK UNHAS

BAB I
PENDAHULUAN


I.1. Dasar Pemikiran

Masa transisi yang sedang melanda bangsa Indonesia saat ini memberikan imbas kepada semua tingkat strata sosial. Dari tingkat grassroot sampai dengan strata sosial paling tinggi, dalam hal ini para decision maker. Bicara dalam konteks kemahasiswaan, efek dari masa transisi ini tak pelak telah merubah wajah pergerakan mahasiswa Indonesia. Hal tersebut nampak dari pergolakan ide dan ragam isu yang diangkat oleh kaum intelektual ini. Secara empiris memang mahasiswa masih menjadi garda terdepan dalam mengusung wacana-wacana kekinian, baik seputar kebijakan pemerintah maupu campur tangan pihak asing yang coba menyelipkan dan mengimplan ideologinya kedalam ideologi bangsa Indonesia yang saat ini masih mengawang-awang. Tetapi hal yang empiris tersebut belum menjadi gambaran keseluruhan dari entitas yang sedang disorot. Ibarat fenomena gunung es, pergerakan mahasiswa yang tampak sekarang hanya dimotori oleh segelintir mahasiswa yang dengan lapang hati masih teguh memegang ideologinya. Fenomena tersebut disebabkan beberapa pertimbangan, pertama: tidak adanya isu sentral yang diangkat oleh pergerakan mahasiswa, kedua: Efek dari arus globalisasi membuat para akademisi mulai mencari sebuah formula pendidikan, baik secara institusi maupun kurikulum, yang mampu menghasilkan sarjana yang mampu berkompetensi dengan sarjana dari luar negeri. Sehingga bermunculan trade mark baru tentang konsep sebuah pendidikan seperti pendidikan berbasis kompetensi, dan lain sebagainya. Perubahan sistem pendidikan tersebut telah memaksa mahasiswa untuk lebih berorientasi pada masalah seputar akademik saja, ketiga: pertumbuhan iklim ekonomi dan politik yang tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Ironisnya lagi pada saat sebagian entitas mahasiswa di suatu daerah sibuk mengusung isu-isu politiknya, di daerah lain sebagian mahasiswa sibuk dengan banjir adrenalinnya yang termanifestasi dalam sebuah adu jotos yang membawa-bawa nama institusi dan almamaternya. Seperti itukah wajah pergerakan mahasiswa sekarang? Tanpa maksud meng-over generelasisasi-kan. Paling tidak itulah wajah pergerakan mahasiswa di sebuah Universitas yang menyandang gelar terbesar di Indonesia Timur, Unhas dengan tetap mengusung semangat primordialnya, cauvinismenya, hedoismenya, dan isme-isme lain.

Unhas sebagai entitas yang termaktub di dalam paragraf sebelumnya sedang mengalami masa resesi di dalam kualitas maupun kualitasnya sebagai sebuah pergerakan mahasiswa. Hal tersebut didukung fakta bahwa masih carut marutnya lembaga mahasiswa tingkat universitas sampai saat ini. Angin yang berhembus di lembaga tingkat fakultas pun setali tiga uang, berkutat di ranah kurangnya kader potensil yang memilki sense of crisis.

KEMA FK UNHAS dengan segala seluk beluk kegiatan kemahasiswaan memberikan warna tersendiri pada pola pergerakan mahasiswa di Universitas Hasanuddin. Kema merupakan sebuah entitas heterogen dimana kader-kader penerus pergrakan mahasiswa di lingkup FK Unhas berkiprah meneruskan nafas pergerakan mahasiswa. Sejak didirikannya lembaga ini diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan mahasiswa, mengembangkan potensi kepemimpinan, manegerial, dan potensi lainnya. Konsep lembaga yang ideal terus diramu dan terus dikonsep untuk menghasilkan sebuah formulasi konsep kelembagaan yang ideal yang bisa mengakomodasi semua kebutuhan mahasiswa dalam mengembangkan potensi kemahasiswaannya.

Tetapi apa yang terjadi dengan KEMA FK UNHAS sekarang? Ternyata cita-cita agung yang dicanangkan para pendiri lembaga ini belum terealisasi. KEMA FK UNHAS sekarang justru cenderung mengalami kemunduran. Baik kemunduran dalam sisi kualitas dan kuantitas kelembagaan tetapi juga kader-kader potensil hasil out putnya. Kemunduran tersebut dapat terpetakandalam beberapa fenomena yang menyertai gerak lembaga tersebut antara lain : belum adanya konsep lembaga yang ideal yang menjadi acuan untuk bergulirnya kegiatan kemahasiswaan didalamnya, sehingga konsep lembaga yang ada saat ini hanya merupakan konsep lembaga yang sifatnya bongkar pasang dan tambal sulam tergantung dari rezim kepemimpinan yang berkuasa. Tidak adanya benang merah antara satu kepengurusan dengan kepengurusan selanjutnya juga merupakan salah satu faktor pemicu sehingga kepengurusan yang baru terbentuk selalu akan terkuras energinya untuk memulai dari nol, coba membuat masalah baru sehingga akhirnya akan masuk kedalam lubang yang sama. Kepengurusan yang baru tidak mencoba untuk merunut kembali visi dan misi kepengurusan sebelumnya sehingga pada saat menghadapi masalah yang sama mereka dapat menemukan jalan keluar yang lebih baik. Kendala tersebut akan berimbas pada hal yang paling fundamental dalam sebuah organisasi, yakni sistem pengkaderan. Dengan tidak pastinya iklim berlembaga, roda pengkaderan pun akan berjalan seiring dengan angin yang berhembus. Tidak adanya format pengkaderan yang baku akan mengakibatkan lembaga tidak mampu untuk menghasilkan kader-kader potensial penerus organisasi, kader yang memiliki sense of crisis dan kader yang memiliki potensi untuk memimpin keluar dari krisis pergerakan yang terjadi. Selain tidak pastinya konsep kelembagaan yang ideal, konsep kelembagaan yang coba untuk dirintis terlalu usang untuk diterapkan di dalam lingkup Fakultas Kedokteran. Mengingat dasar profesi kita adalah kesehatan, seharusnyalah iklim kelembagaan yang coba dibangun lebih bersifat profesional berorientasi kedepan sesuai dengan disiplin profesi kita.

Akibat buruk yang menimpa KEMA FK UNHAS ini secara langsung berimbas pada mahasiswa yang ada di lingkup kerjanya. Mahasiswa cenderung tidak mempunyai komitmen untuk berlembaga, karena lembaga yang mempunyai wewenang untuk itu tidak memiliki bargaining position dan nilai praktis yang diharapkan dapat dimiliki oleh mahasiswa kedokteran yang berkecimpung di dalamnya. Sehingga social cost yang ditimbulkan mahasiswa cenderung terhanyut dalam budaya-budaya komunal yang timbul dari sebuah sistem yang materialistik, sehingga timbullah budaya-budaya hedonis yang akan menghasilkan kegiatan kemahasiswaan yang sifatnya hura-hura. Efek tersebut diperparah dengan sistem pendidikan di Unhas yang coba berorientasi pada pasar, pendidikan berbasis kompetensi, dan secara khusus kurikulum pendidikan di kedokteran yang berubah yang menuntut mahasiswa kedokteran untuk lebih intens dalam memperhatikan dan berkonsentrasi pada masalah akademik saja. Dan segala keterpurukan tersebut maka semakin lebarlah jurang yang memisahkan antara dunia akademik dan dunia kemahasiswaan.

KEMA FK UNHAS dalam peranannya sebagai wadah pengembangan diri dan perjuangan, dipandang perlu melakukan usaha secara sadar dan terus menerus dalam membina kader-kader dalam suatu sistem pengkaderan yang terencana, terarah, terpadu, sistematis dan berkesinambungan. Proses pengkaderan yang dilakukan sangat ditentukan oleh pedoman pengkaderan, pengelola latihan, fasilitas yang digunakan dan iklim yang kondusif bagi perkembangan kualitas kader, yakni iklim yang menghargai prestasi individu, mendorong gairah belajar dan bekerja keras, merangsang dialog, dan interakasi individu secara demokratis dan terbuka untuk membangun sikap kritis yang menumbuhkan pandangan visioner dan merangsang timbulnya kepekaan dan kepedulian sosial.

Untuk memberikan panduan yang dilaksanakan dalam setiap pegkaderan KEMA FK UNHAS, maka dipandang perlu untuk menyusun pedoman pengkaderan KEMA FK UNHAS sebagai strategi besar KEMA FK UNHAS untuk menjawab kebutuhan dan tantangan organisasi sesuai dengan lingkungan sosial dan budaya yang berlaku dalam konteks zamannya.

I.2. Tujuan

Tujuan penyusunan Pedoman Pengkaderan KEMA FK UNHAS adalah sebagai pedoman umum sistem pengkaderan yang memberikan arah, panduan dan pegangan bagi pelaksana program pengkaderan di KEMA FK UNHAS.


I.3. Landasan

Pedoman pengkaderan KEMA FK UNHAS dirumuskan berlandaskan pada :
1. Landasan Pokok
a. Pancasila
b. UUD 1945 / GBHN
c. UU Sisdiknas
d. Statua Universitas Hasanuddin
2. Landasn Konstitusional
a. AD ART KEMA FK UNHAS
3. Landasan Strategis Operasional
a. GBHO KEMA FK UNHAS
b. Program Kerja BEM FK UNHAS

I.4. Sistematika

Pedoman pengkaderan KEMA FK UNHAS disusun dengan sistematika sebagai berikut:
I. PENDAHULUAN
II. POKOK-POKOK PENGKADERAN
III. SISTEM PENGKADERAN
IV. MEKANISME PENGKADERAN
V. PENUTUP




BAB II
POKOK-POKOK PENGKADERAN
II.1. Pengertian

Dalam rangka memahami pengkaderan secara komprehensif dan terpadu, maka diperlukan adanya kesepahaman pengertian mengenai istilah-istilah pengkaderan.
a. Kader adalah anggota KEMA FK UH yang telah berproses dalam pengkaderan organisasi KEMA FK UH.
b. Pengkaderan adalah usaha persiapan dan pembentukan kader.
c. Sistem Pengkaderan adalah keseluruhan komponen pengkaderan yang memiliki keterkaitan dan dilaksanakan secara sadar, terencana, tearah dan terpadu, sistematis, dan berkesinambungan.
d. Manajemen Pengkaderan adalah proses pengelolaan sumber daya kader dan sumber daya organisasi secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan organisasi.
e. Mekanisme Pengkaderan adalah tahapan proses dalam melaksanakan kegiatan pengkaderan.
f. Asas adalah prinsip-prinsip tertentu yang dijadikan pegangan dalam pelaksanaan pengkaderan
g. Kurikulum adalah seperangkat program penunjang yang meliputi materi, metode, dan evaluasi dalam setiap komponen pengkaderan secara sistematis.
h. Jadwal adalah rangkaian penyampaian materi secara berurutan dalam satuan waktu
i. Fasilitas adalah segala kemudahan yang bersifat material berupa sarana dan prasarana untuk mendukung proses pengkaderan
j. Fasilitator adalah kader yang berperan sebagai aktor pengelola dalam pengkaderan (SC maupun pendamping).
k. Pengorganisasian adalah penyelenggaraan pengkaderan dalam satu kesatuan organisasi dalam hal ini SC dan OC
l. Metode adalah cara kerja yang teratur, terencana dan memiliki arah/tujuan yang jelas
m. Instrumen adalah seperangkat media atau alat bantu yang dipergunakan dalam kegiatan pengkaderan
n. Proses adalah tahapan kegiatan yang terencana, terpadu, terarah dan berkesinambungan dari awal hingga akhir
o. Lingkungan adalah situasi dan kondisi dimana kegiatan pengkaderan dilaksanakan.

II.2. Tujuan Pengkaderan

Tujuan pengkaderan adalah membina kader-kader KEMA FK UNHAS yang berkualitas yang akan mewujudkan tujuan KEMA FK UNHAS.

II.3. Fungsi Pengkaderan

Fungsi pengkaderan adalah sebagai motor penggerak organisasi yang akan mendorong lahirnya usaha-usaha yang terencana, sistematis, terarah, terpadu, dan berkelanjutan untuk mencapai tujuan pengkaderan pada khususnya dan tujuan KEMA FK UNHAS pada umumnya.

II.4. Asas Pengkaderan

Asas pengkaderan adalah perinsip-prinsip dasar yang menjiwai pelaksanaan pengkaderan. Prinsip tersebut yaitu :
1) Asas keimanan dan ketakwaan yaitu setiap proses pengkaderan dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa.
2) Asas persaudaraan yaitu pengkaderan mampu memperkuat ikatan persaudaran dan keberasamaan antar kader.
3) Asas kemanusian yaitu pengkaderan memberikan manfaat langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan masyarakat.
4) Asas kemandirian yaitu pengkaderan menciptakan kondisi yang dinamis untuk melahirkan kader-kader yang mandiri dalam berpikir, bersikap, maupun dalam bertindak.
5) Asas pembelajaran yaitu pengkaderan dijadikan sebagai wadah pembelajaran bagi para kader.
6) Asas keteladanan yaitu pengkaderan harus memperhatikan aspek-aspek keteladanan sebagai faktor penting dalam proses pengkaderan.
7) Asas fleksibel yaitu pengkaderan dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan atau metode yang kreatif dan inovatif selama tidak menyimpang dari tujuan KEMA FK UNHAS.

5. Muatan pengkaderan

Muatan pengkaderan adalah isi/nilai yang ingin disosialisasikan atau diinternalisasikan dalam proses pengkaderan. Muatan pengkaderan ini tidak bersifat membatasi tetapi memberikan arahan pengembangan sumber daya kader dan kelembagaan secara menyeluruh. Beberapa muatan/nilai tersebut adalah :
a. Spritualitas yaitu setiap jenjang pengkaderan senantiasa mengikutsertakan penguatan aspek ketuhanan sehingga akan tercipta kader yang memiliki kualitas keagamaan yang baik.
b. Humanitas yaitu kader dapat menyadari dan memahami etika pergaulan dan menjunjung tinggi nilai moral yang ada dalam lingkungannya.
c. Intelektualitas yaitu aspek dalam pembentukan mental kader yang mampu bersikap kritis, rasional, logis dan objektif dalam menyikapi fenomena yang terjadi pada lingkungan sekitarnya.


d. Kepemimpinan, terdiri dari beberapa unsur :
a) Tanggung jawab, kader dalam menjalankan aktivitas kesehariannya dilandasi rasa penuh tanggung jawab akan hak dan kewajibannya.
b) Loyalitas, kader memiliki rasa pengabdian yang tinggi dan rasa kepemilikan terhadap lembaga kemahasiswaan.
c) Profesionalisme, kader memiliki jiwa profesional serta dapat mengembangkan sikap profesional baik kegiatan-kegiatan organisasi maupun dalam kehidupan sehari-hari,
d) Integritas, kader mampu mengaktualisasikan dan menyelaraskan antara pemikirannya dengan sikap kesehariannya.
e) Kemandirian, kader dapat mengembangkan sikap yang mandiri, tidak tergantung pada pihak tertentu, sehingga tetap terjaga idealisme dan independensinya.
e. Kemahasiswaan, kader dapat memahami identitas dan nilai-nilai kemahasiswaan secara integral dan holistik. Sadar akan tanggung jawab, peran dan fungsi, serta hak dan kewajibannya sebagai mahasiswa.
f. Kelembagaan, pengkaderan memberikan pemahaman mengenai urgensi lembaga kemahasiswaan pada umumnya dan KEMA FK-Unhas pada khususnya.






BAB III
SISTEM PENGKADERAN

III.1 Pendahuluan

Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat diharapkan menjadi pilar utama perjuangan penegakan nilai-nilai luhur kebenaran dan keadilan. Identitas dan kapasitas intelektual yang dimiliki, melahirkan konsekuensi logis untuk melakukan berbagai bentuk pengabdian demi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. Dalam melaksanakan tugasnya, mahasiswa harus tampil sebagai lokomotif perubahan dalam mengobati patologi sosial yang terjadi di masyarakat maupun di dunia kampus.

KEMA FK UNHAS sebagai organisasi mahasiswa diharapkan menjadi alat perjuangan untuk mengejawantahkan gagasan dan aksi terhadap rumusan cita-cita yang ingin dicapai yakni mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan tri darma perguruan tinggi. Demi mewujudkan tujuan tersebut, maka setiap aktivitas keorganisasian diarahkan pada proses pembentukan kader yang memiliki karakter, nilai, dan kemampuan melakukan transformasi watak dan kepribadian seorang mahasiswa, sikap dan wawasan yang melahirkan kritisisme, serta orientasi pada kemampuan profesionalisme.

III.1.1. Paradigma Peran Dan Fungsi Mahasiswa

Secara garis besar, mahasiswa memiliki dua peran yang harus mereka jalani sebagai konsekuensi logis atas keberadaan mereka, yaitu:




A. Mahasiswa sebagai makhluk intelektual

Peran ini muncul sebagai implikasi keberadaannya yang merupakan bagian dari unsur penyusun tatanan kampus. Mereka adalah komponen dengan jumlah terbesar, yang menjadi bagian dari civitas akademika, bersama dosen dan karyawan kampus.

Peran sebagai kaum intelektual yang mencari hakikat, kegunaan dan peranan ilmu dalam menjawab permasalahan-permasalahan kehidupan, melekat dalam setiap geraknya, baik di dalam maupun di luar kampus. Kesadaran akan peranannya diharapkan dapat memunculkan sikap dan pandangan pribadi yang berpedoman pada karakteristik yang objektif, rasional, logis, sistematis dan konstruktif dalam batasan nilai dan norma yang ada.

Mahasiswa dihadapan almamater memiliki fungsi yang sama dengan unsur penyusun kampus yang lain seperti birokrat kampus dan dosen, terutama dalam upaya melakukan panggilan terhadap ilmu. Kebebasan mimbar akademis, kedewasaan untuk berinovasi dan kebebasan ruang gerak untuk berfikir bukan menjadi monopoli milik salah satu unsur penyusun kampus tetap menjadi sebuah fungsi yang akan dibawa dengan sendirinya oleh setiap komponen ketika mereka telah teridentifikasikan sebagai bagian dari kampus yang merupakan institusi pendidikan.

B. Mahasiswa sebagai makhluk sosial

Tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan mahasiswa sangat diharapkan oleh masyarakat untuk melakukan perubahan-perubahan dan mendapatkan solusi realita sosial yang harus dihadapi masyarakat. Sekian asa senantiasa melekat pada dinding kampus dari masyarakat, atas penghidupan yang lebih baik demi tercapainya tatanan masyarakat yang kokoh. Begitu banyak harapan yang disandang oleh masyarakat kepada calon-calon dokter yang akan memimpin masyarakat secara langsung nantinya.

Mahasiswa, dalam hal ini para calon dokter adalah manusia yang merupakan makhluk sosial. Hal tersebut merupakan label awal yang akan selalu melekat padanya, karena mereka suatu saat akan kembali lagi ketengah kehidupan aslinya, masyarakat. Keberadaan mahasiswa dalam kampus hanyalah melakukan pencarian atas sekian pertanyaan kehidupan yang selama ini menjadi beban besar bagi masyarakat.

III.1.2. Lembaga Mahasiswa sebagai katalisator optimalisasi peran mahasiswa

Sebagai tempat berkumpulnya mahasiswa dengan beragam platform yang dia bawa tentang paradigma mereka dalam memandang realiatas eksternalnya, lembaga mahasiswa memiliki peranan penting dalam merealisasikan semua peran mahasiswa baik sebagai makhluk sosial dan makhluk intelektual. Kesamaan tujuan dalam komunitas yang ada pada sebuah lembaga akan dimanifestasikan dalam sebuah arahan lembaga yang pada akhirnya akan difungsikan untuk mencapai tujuan yang telah menjadi consensus bersama. Dan secara umum, tujuan eksistensi lembaga mahasiswa adalah untuk mencapai sekian idealitas yang diarahakan pada penjawaban atau keberadaan mahasiswa.

Peran dan fungsi yang melekat pada mahasiswa akan berimplikasi pada peran dan fungsi lembaga mahasiswa yaitu sebagai konstributor penyelesain permasalahan realitas sosial yang dihadapi masyarakat dan kedua sebagai pusat pelayanan dan pengembangan intelektualitas mahasiswa. Peran pertama akan menuntut lembaga mahasiswa untuk mampu memberikan kontrol atas kehidupan masyarakat dan mencarikan jalan keluar atas realita mereka. Termasuk bagaimana kemudian roda kehidupan negeri ini berjalan. Dan penyediaan ruang gerak dalam aktualisasi diri mahasiswa serta pengakomodiran aspirasi mereka dapat dijadikan sebagai sarana dalam melakukan pelayanan dan pengembangan intelektualitasnya.

Oleh sebab itu, disinilah lembaga mahasiswa akan menjadi dinamisator dan katalisator menuju optimalisasi peran mahasiswa sebagai makhluk intelektual dan makhluk sosial.

III.2. Kualitas Mahasiswa Ideal Kema FK Unhas

Kualitas mahasiswa ideal KEMA FK UNHAS adalah harapan yang ingin diwujudkan dalam pribadi anggota KEMA FK UNHAS yang mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam rangka perwujudan cita-cita organisasi.
Kualitas tersebut merupakan turunan atau derivasi dan tujuan KEMA FK UNHAS sebagai mana yang tercantum dalam pasal 11 Anggaran Dasar KEMA FK UNHAS yaitu ”Mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan Tri Darma perguruan tinggi”. Yang terpaparkan sebagai berikut :
a. Kualitas mahasiswa yang ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa
1. Memiliki rasa empati pada persoalan-persoalan bangsa namun tidak bersifat reaktif tanpa pertimbangan.
2. Mengambil peran aktif dalam bidang kedokteran untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
3. Kritis terhadap setiap langkah atau keadaan yang berlawanan dengan usaha mencerdaskan kehidupan bangsa.
4. Sadar akan kedudukan sebagai kaum intelektual yang harus melakukan tugas-tugas kemanusiaan.
b. Kualitas mahasiswa terpelajar
1. berpendidikan tinggi, berpengetahuan luas, berpikir rasional, objektif dan kreatif.
2. memiliki kemampuan teoritis dan bersikap penuh kesadaran dalam menghadapi lingkungannya.
3. memiliki kemampuan dalam bidang ilmu kedokteran baik secara teoritis maupun teknis serta sanggup bekerja secara ilmiah.




c. Kualitas mahasiswa pembaru
1. sanggup melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih dari apa yang telah ada dan bergairah untuk menciptakan bentuk-bentuk baru yang lebih baik. Penuh dengan gagasan-gagasan kemajuan dan selalu mencari perbaikan maupun pembaruan.
2. bersifat independen dan terbuka sehingga potensi kreatifnya dapat berkembang.
d. Kualitas mahasiswa pengabdi masyarakat
1. ikhlas bekerja demi kepentingan masyarakat.
2. sadar membawa tugas mahasiswa pengabdi masyarakat, sehingga tidak hanya membuat dirinya lebih baik tetapi juga membuat kondisi sekelilingnya menjadi baik.
3. bersungguh-sungguh mewujudkan cita-cita dan ikhlas mengamalkan ilmunnya untuk kepentingan sesamanya.

III.3. Model Pengkaderan

Model pengkaderan KEMA FK UNHAS terdiri dari:

PENGKADERAN FORMAL
a. Pengertian
Pengkaderan formal adalah usaha kaderisasi yang dilaksanakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unhas dalam bentuk pendidikan, pelatihan dan pendampingan yang diselenggarakan secara terprogram, terpadu, terarah dan bertujuan untuk mencapai tujuan pengkaderan KEMA FKUH.

b. Komponen
Pengkaderan Formal Keluarga Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unhas memiliki komponen jenjang sebagai berikut :


A. Pengkaderan Formal Utama, yang meliputi :
1) Masa Penyambutan/Sosialisasi Almamater
2) Masa Pembinaan
3) Latihan Kader Tingkat I
4) Latihan Kader Tingkat II

B. Pengkaderan Formal Pendukung, yang meliputi :
1) Pelatihan Fasilitator dan Pendampingan

C. Pengkaderan Formal Pelengkap, yang meliputi :
1) Pesantren Kilat
2) Pelatihan PPGD dan Sirkumsisi
3) Pelatihan Jurnalistik Dasar
4) Pelatihan Penelitian Dasar
5) Pelatihan pelengkap lainnya disesuaikan dengan hasil evaluasi pasca pelatihan dan need assesment warga belajar (output)

c. Hubungan Antar Komponen
1. Masa Penyambutan/Sosialisasi Almamater, Masa Pembinaan, Latihan Kader Tingkat I dan Latihan Kader Tingkat II merupakan komponen utama dalam Pengkaderan Formal KEMA FKUH, berdasarkan AD/ART KEMA FKUH kelulusan hingga pada jenjang LK I menjadi syarat peralihan status keanggotaan dari anggota muda menjadi anggota biasa dalam keanggotaan KEMA FKUH sehingga sifatnya wajib bagi setiap mahasiswa (fardu a’in) dan selanjutnya kelulusan pada jenjang LK II menjadi syarat utama untuk menjadi ketua badan eksekutif maupun legislatif ditingkat KEMA FKUH sehingga sifatnya tidak wajib atau pilihan dari mahasiswa yang berminat (fardu kifayah). Sementara Pelatihan Fasilitator dan Pendamping serta pelatihan-pelatihan lainnya merupakan komponen pendukung dan pelengkap yang wajib dilaksanakan sebagai penyempurna komponen pengkaderan utama.
2. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan non formal, hanyalah sebagai penyempurna dan spesialisasi saja yang merupakan komponen pengkaderan yang tidak wajib atau tidak terstruktur dalam proses pengkaderan.
3. Jenjang
Dalam Pengkaderan Formal KEMA FKUH, memiliki jenjang sebagai berikut:
1) Pengkaderan Jenjang Dasar
Terdiri dari Masa Penyambutan/Sosialisasi Almamater, Masa Pembinaan, dan Latihan Kader Tingkat I
2) Pengkaderan Jenjang Lanjutan
Terdiri dari Perekrutan anggota Badan Khusus (TBM, Sinovia dan MYRC), Latihan Kader Tingkat II dan pelatihan Fasilitator & Pendampingan
4. Dalam Pengkaderan Non formal tidak memiliki jenjang sebagaimana Pengkaderan Formal, penyelenggaraanya berlaku fleksibel dan dapat diikuti oleh semua mahasiswa sesuai kebutuhannya tanpa memandang status keanggotaan dan jenjang kaderisasi yang telah dilaluinya.

d. Aspek Pengembangan Pengkaderan
Aspek-aspek yang menjadi sasaran dalam pengembagan peserta di dalam pelaksanaan pengkaderan pada umumnya meliputi tiga aspek :
a. Kognitif
Aspek nalar atau intelektualitas, antara lain : kecerdasan berpikir, ketajaman pengamatan, ketepatan analisa, kepekaan, kemampuan kritis dan lainnya
Aspek penguasaan pengetahuan dan informasi, antara lain : keluasan wawasan, perbendaharaan ilmu keagamaan, kedokteran, keorganisasian dan ilmu pengetahuan lainnya
b. Afektif
Aspek kejiwaan dan watak, antara lain : semangat, motivasi, kesungguhan, keberanian, kesadaran, kepedulian, tanggung jawab dan aspek sikap mental lainnya
Aspek tingkah laku atau tindakan sehari-hari, antara lain : moral etika dalam perkataan dan perbuatan, hubungan antar sesama, sopan santun, kedisiplinan, dan lain-lain
c. Psikomotorik
Aspek kecakapan atau keterampilan (skill), antara lain : keterampilan memimpin, berkomunikasi, memecahkan masalah, meneliti, menulis, sirkumsisi dan keterampilan yang bersifat teknis lainnya

PENGKADERAN NON FORMAL
Pengkaderan non formal adalah segala bentuk kegiatan di luar pengkaderan formal yang diikuti oleh mahasiswa baik anggota muda maupun anggota biasa Keluarga Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unhas yang dapat menunjang proses kaderisasi dan pencapaian tujuan pengkaderan.

Bentuk-Bentuk Pengkaderan Non formal
1. Melalui pendidikan atau pelatihan
Pendidikan dan pelatihan yang dimaksud yakni kegiatan-kegiatan yang memberikan peningkatan kapasitas maupun kompetensi baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik kepada mahasiswa. Pendidikan dan pelatihan ini tidak disertai dengan pedoman yang kaku dan ketat karena dapat pula melibatkan pihak-pihak luar sebagai sarana pengembangan diri mahasiswa secara umum, misalnya pelatihan teknologi informasi, pelatihan advokasi, kajian ilmiah kontemporer, seminar-seminar, dialog interaktif dan kegiatan lainnya yang sejenis.
2. Melalui Aktifitas
Yaitu berupa :
a) Aktifitas sebagai pengurus lembaga
b) Aktifitas dalam kepanitiaan
c) Aktifitas dalam kegiatan minat bakat
d) Aktifitas lainnya

BAB IV
MANAJEMEN PENGKADERAN

IV.1. Perencanaan (planing)

Merupakan suatu proses awal di dalam melakukan suatu kegiatan. Di mana pada perencanaan ini kita diharapkan dapat menggambarkan tema; latar belakang, tujuan dan sasaran dari suatu kegiatan, dan apa-apa yang ingin dicapai.

IV.2. Pengorganisasian (orginizing)
Pengorganisasian merupakan usaha untuk mengalokasikan sumberdaya kader dan sumber daya organisasi dalam pencapaian target yang telah direncanakan. Adapun komponen tersebut yatiu :
1. Instruktur dan Pengarah
yaitu seorang atau sebuah tim yang mempunyai wewenang untuk menjadi nara sumber dalam memberikan materi, mengelola sebuah forum dan menjalankan proses pengkaderan . Instruktur dan pengarah ini merupakan fasilitator , motivator, dan aspirator, bagi para kader yang didampinginya
2. Peserta Kader
Untuk kriteria jumlah (kuantitas) dan mutu (kualitas) peserta pada masing-masing komponen dan jenjang pengkaderan ditentukan berdasarkan kekhususan dan kepentingan/kebutuhan masing-masing
3. Panitia
Mahasiswa yang bertatus anggota biasa yang dipilih secara langsung oleh Badan Eksekutif Mahasiswa melalui pemberdayaan anggota.



4. Sarana Pendukung
sarana pendukung merupakan alat kelengkapan yang sangat perlu diperhatikan agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar, sarana pendukung tersebut yaitu :
a. Lokasi/tempat
tempat kegiatan ini perlu mempertimbangkan beberapa hal yaitu:
· kondisi sosiologis dan lingkungan yang kondusif (secara fisik memadai secar ekologis sehat, bersih) untuk berlangsungnya kegiatan (khususnyan pengkaderan formal)
· tersedianya MCK, tempat salat, dan tempat yang mencukupi jumlah peserta
· aksesbilitas yang terjangkau
b. Dana/biaya
Penyediaan dana menggunakan prinsip etis, halal dan sah
c. Media komunikasi
media komunikasi dapat berupa surat, pengumumam ataupun jurnal atau surat kabar
d. Administrasi
Adminitrasi ini diperlukan sebagai arsip agar dapat menjadi pembelajaran bagi kegiatan dan kepengurusan selanjutnya
1) biodata peserta
biodata ini memuat tentang identitas pribadi , latar belakang pendidikan , dan semua yang menyangkut tentang peserta agar memudahkan pendataan.
2) daftar peserta
daftar ini memuat jumlah peserta lengkap dengan identitasnya

5. Kurikulum
Pengkaderan Keluarga Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unhas menerapkan pola kurikulum campuran antara konvensional dan fleksibelitas berdasarkan analisa kebutuhan pengkaderan (need asessment). Yaitu menyajikan kurikulum yang telah dirumuskan dengan proses penganalisaan terhadap aspek kebutuhan mahasiswa. Dalam kurikulum tersebut harus memuat beberapa hal meliputi materi metode dan evaluasi dsb yang disusun dalam satu kesatuan yang terpadu dan terkait dengan tujuan pengkaderan secara menyeluruh sehingga para pengelola dalam hal ini steering committe (fasilitator dan pendamping) dapat langsung menerjemahkan secara teknis kegiatan yang dimaksud dengan tetap berpegang pada kurikulum yang tersedia.

a. Materi
1). Materi pengkaderan diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori/kelompok materi yang merupakan kesatuan :
a) Kelompok Materi keagamaan, moral dan etika
b) Kelompok Materi Pengembangan Kemampuan Akademik
c) Kelompok Materi Ke-KEMA-an dan Kemahasiswaan
d) Kelompok Materi Manajemen, Keorganisasian dan Kepemimpinan
e) Kelompok Materi Sosial Kemasyarakatan
f) Kelompok Materi Kontemporer

2). Jenis materi dibagi dalam dua kategori :
a) Materi Wajib, adalah materi yang mesti diberikan berupa pilihan paket yang telah disusun. Materi tersebut merupakan materi dasar dan wajib disajikan dalam proses pengkaderan, seperti materi Ke-KEMA-an
b) Materi Tambahan, yaitu materi yang isi dan muatannya disesuaikan dengan kebutuhan sebagai hasil analisa kebutuhan calon peserta. Materi tambahan ini dapat juga bersifat penunjang, seperti muatan lokal yang kontemporer

3.) Bahasan adalah penjabaran sistematis dari setiap materi
4) Alokasi waktu adalah keseluruhan/durasi waktu yang dibutuhkan untuk satu materi
5). Referensi :buku-buku yang dapat menjadi acuan dalam membicarakan suatu wacana
b. Metode
Banyak metode yang dapat digunakan, diantaranya :
1) Pemanasan
2) Ceramah dan tanya jawab
3) Diskusi kelompok
4) Bermain peran (role play)
5) Simulasi
6) Diskusi pleno
7) Studi kasus
8) Curah pendapat (brainstorming)
9) Praktek lapangan
10) Energizer
11) Ice breaker

c. Media
Media atau alat bantu dapat berupa :
1) Bahan/materi/slide
2) Poster/gambar/foto
3) Film dokumenter
4) Alat permainan
5) Alat simulasi
6) Lembar tugas
7) Buku pegangan/ modul
8) Alat tulis

Pendampingan dan Tindak Lanjut
Proses terpenting pasca pelatihan adalah proses tindak lanjut (follow up) dan pendampingan. Oleh karena itu pada beberapa jenjang pengkaderan diperlukan langkah-langkah pendampingan dan tindak lanjut sebagai berikut :
1) Pembentukan tim pendamping
2) Pemberdayaan/Pendayagunaan
3) Aktifitas Pendampingan

IV.3. Pelaksanaan (actuating)

Pelaksanaan yaitu usaha untuk merealisasikan rencana yang telah ada dengan menggunakan sumber daya yang telah disediakan. Dalam pelaksanaan ini perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu:
a. Aspek mekanisme kerja
b. Aspek komunikasi(pola hubungan) antar komponen
c. Aspek konsistensi
d. Aspek hambatam
e. Variabel pencapaian tujuan dan target

IV.4. Kontrol dan Evaluasi (controlling)
a. Pengertian Evaluasi
Pengertian evaluasi proses pengkaderan pada dasarnya merupakan pengamatan dan penilaian yang dilakukan secara sadar dan terencana terhadap proses pengkaderan sebagai usaha perbaikan. Evaluasi dimaksudkan sebagai upaya untuk mendapatkan gambaran yang mendekati kebenaran dari hasil pengkaderan yang dilaksanakan dengan menggunakan pengukuran dan pertimbangan. Evaluasi itu perlu dilakukan oleh dan terhadap setiap komponen yang ada hubungannya dengan proses pengkaderan. Penilaian terhadap peserta merupakan yang terpenting dalam suatu proses pengkaderan, karena selain mempunyai hubungan dan pengaruh atas perbaikan kualitas kader itu sendiri, sekaligus merupakan evaluasi terhadap hal-hal yang erat hubungannya dengan keberhasilan pendidikan seperti peranan Instruktur, metode yang digunakan, peralatan yang tersedia serta pelaksanaan kegiatan pengkaderan.
Evaluasi pra pelatihan melalui need asessment dan sosialisasi, waktu pelatihan melalui evaluasi input yaitu evaluasi yang mengukur tingkat pemahaman peserta terhadap materi yang disajikan dengan menggunakan instrumen tertentu kemudian hasilnya digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penentuan kelulusan (yudisium). Adapun indikator keberhasilannya akan diukur melalui :
1) Evaluasi Pra Pelatihan
2) Evaluasi Materi (ketika) Pelatihan
3) Evaluasi Pasca Pelatihan

b. Instrumen Evaluasi
1) Lembar Evaluasi; Yaitu kertas yang berupa isian (form) evaluasi mengenai setiap komponen pelatihan yang dinilai secara kuantitatif, dengan memberikan angka (score) pada setiap komponen pelatihan tersebut.
2) Quisioner; Instrumen evaluasi dengan menggunakan daftar pertanyaan baik terbuka maupun tertutup, mengenai setiap komponen pelatihan yang bersifat kualitatif.
3) Wawancara; Instrumen evaluasi yang menggunakan daftar pertanyaan dan dilakukan secara lisan terhadap peserta yang bersifat individual, untuk mengetahui respons peserta tentang segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pelatihan.
4) Obsevarsi; Instrumen evaluasi yang berbentuk pengamatan yang bersifat kualitatif, dilakukan oleh Instruktur pada setiap saat dan meliputi berbagai aspek yang terkait, dengan pelaksanaan pelatihan.
5) Survey; Instrumen evaluasi yang berbentuk pengamatan yang bersifat kuantitatif dengan atau tanpa menyebarkan daftar pertanyaan tertulis kepada peserta mengenai berbagai aspek pelatihan

c. Evaluasi Proses Pengkaderan
Evaluasi ini meliputi beberapa komponen yaitu :
1) Peserta
Evaluasi untuk peserta dilakukan sejak mulai berproses sampai seleai aktivitas. Evaluasi ini dilaksanakan oleh SC. variabel evaluasi meliputi:
· respon
· kepribadian
· tingkat pemahaman
· kreatifitas
· kepemimpinan

2) Pengarah
Evaluasi ini bagi dua yaitu :
a) Evaluasi tim
· koordinasi
· kekompakan
· job description
· tanggung jawab
b) Evaluasi personal
· kepribadian
· kemampuan mengelola forum
· penguasaan materi
· tanggung jawab
· emosi
· administrasi

3) Intruktur
· Kepribadian
· Penguasaan materi
· Penguasaan forum
· Teknik penyajian
· Retorika
· Penampilan

4) Panitia
Evaluasi ini dilaksanakan oleh SC:
· perencanaan
· pembagian kerja
· koordinasi
· penyediaan akomodasi
· pelayanan terhadap peserta, pengarah, instruktur, dan lingkungan




BAB V
PENUTUP


Demikianlah gambaran umum tentang pengkaderan KEMA FKUH yang dirangkum dalam Pedoman Baku Pengkaderan Keluarga Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unhas. Sesungguhnya keseluruhan konsep pemikiran yang terdapat dalam Pedoman Baku Pengkaderan Keluarga Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unhas ini tidak akan berguna dan pasti tidak akan berhasil jika semua komponen keluarga KEMA FK UNHAS tidak memberikan dukungannya. Oleh karena itu, diharapkan warga KEMA FK UNHAS khususnya para pengurus Lembaga Kemahasiswaan dapat memberikan perhatian yang lebih terhadap pengkaderan saat ini sampai pada masa yang akan datang.